Masturbasi adalah sebuah fenomena umum dan sering didiskusikan yang
terdapat di mana-mana. Pelakunya pun tidak terbatas pada jenis kelamin,
usia maupun latar belakang sosial. Sebenarnya gejala masturbasi pada
usia pubertas dan remaja, banyak sekali terjadi. Hal ini disebabkan oleh
kematangan seksual yang memuncak dan tidak mendapat penyaluran yang
wajar; lalu ditambah dengan rangsangan-rangsangan ekstern berupa
buku-buku dan gambar porno, film biru, meniru kawan dan lain-lain.
Oleh sebagian orang, masturbasi dianggap sebagai sebuah kebiasaan yang
menyenangkan. Tetapi pada kelompok lain justru dianggap merupakan
aktivitas penodaan diri yang dapat menimbulkan kelainan psikosomatik dan
aneka dampak buruk lainnya. Masturbasi dilakukan oleh sebagian besar
pria maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95% pria dan
89% wanita dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Masturbasi
memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan.
Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari
bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus
(tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti “penyalahgunaan
dengan tangan”. Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam
disebabkan karena porsi “penyalahgunaan” pada kata itu hingga kini masih
tetap ada dalam terjemahan moderen - meskipun para aparatur kesehatan
telah sepakat bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik
maupun mental.
Tujuan utama masturbasi adalah mencari kepuasan atau melepas keinginan
nafsu seksual dengan jalan tanpa bersenggama. Akan tetapi masturbasi
tidak dapat memberikan kepuasan yang sebenarnya. Berbeda dengan
bersenggama yang dilakukan oleh dua orang yang berlawanan jenis. Mereka
mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan keasyikan bersama. Pada senggama,
rangsangan tidak begitu perlu dibangkitkan secara tiruan, karena
hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan merupakan suatu hal yang
alami. Dalam masturbasi satu-satunya sumber rangsangan adalah khayalan
diri sendiri. Itulah yang menciptakan suatu gambaran erotis dalam
pikiran. Masturbasi merupakan rangsangan yang sifatnya lokal pada
anggota kelamin. Hubungan seks yang normal dapat menimbulkan rasa
bahagia dan gembira, sedangkan masturbasi malah menciptakan depresi
emosional dan psikologis.
Istilah masturbasi berasal dari kata latin “manasturbo” yang berarti
rabaan atau gesekan dengan tangan (manu). Masturbasi secara umum
didefenisikan sebagai rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ
genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Namun pada
kenyataannya, banyak cara untuk mendapatkan kepuasaan diri
(self-gratification) tanpa mempergunakan tangan (frictionless
masturbation), sehingga istilah masturbasi menjadi kurang mengena. Oleh
karena itu, istilah “autoerotism” adalah istilah yang lebih mengena
untuk menggambarkan fenomena ini.
Ada beberapa istilah masturbasi yang dikenal di masyarakat, antara lain
onani atau rancap, yang berarti melakukan suatu rangsangan organ seks
sendiri dengan cara menggesek-gesekkan tangan atau benda lain ke organ
genital kita hingga mengeluarkan sperma dan mencapai orgasme. Dalam
ajaran Islam, masturbasi dikenal dengan nama ; al-istimna’,
al-istima’bilkaff, nikah al-yad, al-I’timar, atau ‘adtus sirriyah.
Sedangkan masturbasi yang dilakukan oleh wanita disebut al-ilthaf.
Di masyarakat istilah onani lebih dikenal. Sebutan ini, menurut berbagai
ulasan yang ditulis Prof. Dr. Dr. Wimpie Pangkahila Sp, And, Ketua
Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, berasal dari nama seorang laki-laki, Onan, seperti dikisahkan
dalam Kitab Perjanjian Lama Tersebutlah di dalam Kitab Kejadian pasal
38, Onan disuruh ayahnya, Yehuda, mengawini isteri almarhum kakaknya
agar kakaknya mempunyai keturunan. Onan keberatan, karena anak yang akan
lahir dianggap keturunan kakaknya. Maka Onan menumpahkan spermanya di
luar tubuh janda itu setiap berhubungan seksual (coitus interruptus).
Dengan cara yang kini disebut sanggama terputus itu, janda kakaknya
tidak hamil. Namun akibatnya mengerikan. Tuhan murka dan Onan mati.
Onani atau masturbasi dalam pengertian sekarang bukanlah seperti yang
dilakukan Onan. Masturbasi berarti mencari kepuasan seksual dengan
rangsangan oleh diri sendiri (autoerotism), dan dapat pula berarti
menerima dan memberikan rangsangan seksual pada kelamin untuk saling
mencapai kepuasan seksual (mutual masturbation). Yang pasti pada
masturbasi tidak terjadi hubungan seksual, tapi dapat dicapai orgasme.
Freud (1957) mengatakan ada 3 fase dari masturbasi, yaitu (1) pada bayi;
(2) pada fase perkembangan yang paling tinggi dari perkembangan seksual
infantile yaitu pada kisaran umur 4 tahun, dan (3) pada fase pubertas.
Menurut Freud, naluri seksual sudah terdapat pada permulaan kehidupan
dan berkembang secara progressif sampai umur 4 tahun. Setelah ini
berhenti maka tidak ada lagi perkembangan berikutnya (masa laten) sampai
tiba saatnya masa pubertas pada kisaran umur 11 tahun.
Berdasarkan cara melakukannya, masturbasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Masturbasi sendiri (auto masturbation); stimulasi genital dengan menggunakan tangan, jari atau menggesek-gesekkannya pada suatu objek
2. Masturbasi bersama (mutual masturbation); stimulasi genital yang
dilakukan secara berkelompok yang biasanya didasari oleh rasa bersatu,
sering bertemu dan kadang-kadang meluaskan kegiatan mereka pada
pencurian (stealing) dan pengrusakan (vandalism)
3. Masturbasi psikis; pencapaian orgasme melalu fantasi dan rangsangan audio-visual.
Sedangkan ahli psikologi lainnya, Caprio (1973), menggolongkan kegiatan masturbasi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu :
1. Masturbasi yang normal, meliputi pembebasan psikologik ketegangan
seksual pada masa anak-anak muda yang normal; dilakukan tidak
berlebihan; masturbasi yang dilakukan oleh seseorang yang belum kawin;
masturbasi yang dilakukan antar pasangan-pasangan suami-istri sebgai
selingan dari intercourse yang konvensional
2. Masturbasi yang neurotic, meliputi masturbasi yang dilakukan terlalu
banyak dan bersifat konvulsif; masturbasi antara pasangan-pasangan yang
lebih menyukai cara ini daripada intercourse, masturbasi dengan
gejala-gejala kecemasan, rasa salah/dosa yang amat sangat, masturbasi
pemuasan yang berhubungan dengan penyimpangan seksual dan yang dapat
diancam dipersalahkan oleh hukum.
Banyak Mitos
Agaknya masih banyak orang belum cukup mengerti tentang masturbasi.
Padahal, banyak orang melakukannya. Yang pasti pula, banyak informasi
salah yang beredar di masyarakat mengenai masturbasi. Memang banyak
informasi yang salah tentang masturbasi, misalnya dapat menimbulkan
berbagai akibat buruk. Agaknya informasi salah ini merupakan sebagian
mitos tentang seks yang terus beredar di masyarakat sampai saat ini.
Pada abad XVIII terbit sebuah buku yang ditulis oleh Tissot dari
Prancis, berjudul Onana. Di situ diuraikan beberapa macam penyakit yang
timbul sebagai akibat masturbasi. Ternyata dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, terbukti bahwa pendapat Tissot salah sama sekali.
Tidak benar masturbasi dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan,
termasuk sperma. Jadi, tidak ada gangguan kuantitas dan kualitas sperma
yang disebabkan melakukan masturbasi. Memang, masturbasi yang dilakukan
secara tergesa-gesa agar cepat mencapai ejakulasi dikhawatirkan dapat
melatarbelakangi terjadinya ejakulasi dini pada pria. Sementara itu,
kalau Anda terlalu sering melakukannya, tentu saja Anda akan merasa
payah karena masturbasi. Sama seperti hubungan seksual, onani juga
memerlukan energi.
Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya
bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami
kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi
bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman
seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana
memuaskannya, membangun rasa percaya diri dan sikap dapat memahami diri
sendiri.
Dampak Terhadap Mentalitas
Impuls-impuls autoerotic (masturbasi) terdapat pada semua manusia.
Perbedaannya hanya terletak pada bagaimana cara kita menyelesaikan
dorongan-dorongan tersebut. Beberapa dari kita merepresikan dorongan
tersebut untuk memuaskan dirinya, sementara yang lain mengekspresikan
keinginannya untuk mendapatkan pemuasan seksual.
Salah satu dorongan manusia yang sering menyebabkan manusia mendapat
kesulitan pribadi dan sosial adalah dorongan seksual, yang pada
kenyataannya sering menghadapkan manusia kepada suatu keadaan yang
mendesak dan sangat membujuk untuk memperoleh pemuasan seksual dengan
segera. Adanya persoalan seksual pada individu dapat menyebabkan
individu yang bersangkutan sering dihadapkan pada keadaan yang
seolah-olah ada kecenderungan untuk jatuh ke tingkat yang immature atau
infantil dan setiap usaha untuk bertingkah laku seksual yang matur
terhambat karenanya.
Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh
beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan
karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman,
juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai
kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah
menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah
dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak.
Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini seringkali berwujud
kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat
di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah
merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif - sebagaimana perilaku
kejiwaan yang lain - adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu
mendapatkan penanganan dari dokter jiwa.
Fase akhir jika masturbasi konfulsif tidak diselesaikan dengan tepat
adalah munculnya fenomena sexual addicted, sebuah ketagihan akan
kegiatan-kegiatan seksual. Secara fisik, masturbasi dapat menyebabkan
kelecetan atau rusaknya mukosa dan jaringan lain dari organ genitalia
yang bersangkutan, baik akibat penggunaan alat bantu masturbasi atau
hanya dengan menggunakan tangan dan jemari.
Penelitian Kinsey di Amerika Serikat menunjukkan, bahwa hampir semua
pria dan tiga-perempat dari semua wanita melakukan masturbasi pada suatu
waktu dalam hidup mereka. Penyelidikan Orebio mendapatkan bahwa 83%
dari anak laki-laki dan 38% dari anak wanita melakukan masturbasi.
Penyelidikan lainnya menunjukkan angka yang berbeda-beda pada setiap
level umur responden, misalnya pada masa anak-anak (infantile sex play),
adolescent, umur pertengahan dan kategori lainnya.
Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya
lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung menyatakan
’selalu’ atau ‘biasanya’ mengalami orgasme ketika bermasturbasi (80 :
60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah
senggama), bahkan bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual
tetap.
Menurut penelitian, mereka yang biasanya melakukan masturbasi berumur
antara tiga belas hingga dua puluh tahun. Pada umumnya yang melakukan
masturbasi adalah mereka yang belum kawin, menjanda, menduda atau
orang-orang yang kesepian atau dalam pengasingan. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan masturbasi daripada anak perempuan. Penyebabnya antara
lain,
- pertama, nafsu seksual anak perempuan tidak datang melonjak dan eksplosit.
- Kedua, perhatian anak perempuan tidak tertuju kepada masalah senggama karena mimpi seksual dan mengeluarkan sperma (ihtilam) lebih banyak dialami laki-laki. Mimpi erotis yang menyebabkan orgasme pada perempuan terjadi jika perasaan itu telah dialaminya dalam keadaan terjaga.